Rabu, 01 Oktober 2014

Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Operasi

Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Operasi

Penanganan penyakit jantung bawaan ( PJB ) tanpa operasi ( kardiologi intervensi) berkembang pesat sejak 10 tahun terakhir. Kardiologi intervensi memiliki banak keuntungan jka dibandingkan dengan operasi diantaranya : lama rawat singkat, pasien terbebas dari komplikasi operasi, terbebas dari penggunaan mesin jantung paru dan secara kosmetik lebih baik karena tidak menimbulkan jaringan parut di kulit.
            Penyakit jantung bawaan  ( PJB ) merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditemukan sekitar 1 tiap 100 kelahiran hidup, sehingga Indonesia diperkirakan akan lahir 50.000 bayi dengan PJB setiap tahun. Sebelum kardiologi intervensi berkembang, semua jenis penyakit jantung bawaan dioperasi. Dengan berkembangnya kardiologi intervensi, sebagian PJB dapat di tata laksana tanpa operasi.
Jenis penyakit jantung bawaan yang dapat ditangani tanpa operasi
            Penyakit jantung bawaan yang dapat ditata laksana tanpa operasi antara lain adalah: duktus arteriosus persisten ( DAP ), defek septum atrium ( DSA ), defek septum ventrikel ( DSV ), penyempitan atau stenosis pada katup jantung seperti stenosis katup pulmonal ( SP ), Stenosis katup aorta ( SA ), stenosis katup mitral ( SM ), koarktasio aorta, stenosis arteri pulmonalis atau cabangnya, foramen ovale persisten ( FOP ) dan kolateral ( pembuluh darah tambahan ). Disamping itu ada tindakan paliatif ( sementara ) seperti balloon atrial septostomy (BAS ) pada transposisi arteri besar ( TAB ) atau pemasangan stent pada duktus arteriosus ( Stent DA )
( keywords : koartaksio aorta, balloon atrial septostomy, foramen ovale persisten, stent duktus arteriosus )






Penutupan duktus arteriosus persisten tanpa operasi
Duktus arteriosus persisten ( DAP ) merupakan PJB tidak biru yang untuk  sering ditemukan. Dalam kehidupan intra – uterin semua janin memiliki duktus arteriosus, yaitu pembuluh darah yang menghubungkan arteri pulmonal dan aorta, namun pada bayi normal, duktus arteriosus akan menutup secara spontan dalam waktu 24 jam setelah lahir. Pada pasien dengan DAP, duktus arteriosus tidak menutup oleh sebab belum diketahui. PDA terletak diluar jantung menghubungkan aorta descenden dengan arteri pulmonalis kiri. Jika ukuran PDA cukup besar sebagian darah dari aorta akan mengalir ke paru mengakibatkan kelebihan darah di paru dan jantung kiri, yang pada akhirnya dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan gagal jantung kiri.
Sebelum kardiologi intervensi berkembang, DAP hanya dapat ditangani melalui operasi dengan cara mengikat permbuluh darah tersebut. Sekarang dengan kemajuan teknologi, DAP dapat ditutup di kamar keteterisasi tanpa operasi. Alat yang sering digunakan untuk menutup DAP tanpa operasi adalah Amplatzer Ductal Occluder ( ADO ). Alat ini terbuat dari campuran nikel dan titanium yang di dalam nya diletakkan dakron untuk merangsang pembentukan gumpalan darah ( thrombus ) yang dapat menutup pembuluh darah tersebut secara permanen. Alat ini dimasukan lewat kateter dari vena di lipat paha ( femoralis ).
Penutupan defek septum atrium tanpa operasi
Defek Septum atrium ( DSA ), merupakan PJB tidak biru yang juga cukup sering ditemukan selain DAP. Kelainan ini ditandai dengan adanya defek ( lubang ) pada sekat / dinding atrium / serambi jantung. Sebagai akibatnya, darah dari atrium kiri yang seharusnya pergi ke ventrikel kiri, akan masuk ke atrium kanan, kemudian ke ventrikel kanan. Jika lubangnya cukup besar, akan mengakibatkan kelebihan darah di jantung kanan, dan di paru. Terdapat beberapa jenis DSA, yang tersering adalah DSA tipe sekundum. Jenis ini dapat ditutup tanpa operasi. Alat yang saat ini sering digunakan untuk menutup DSA  adalah Amplatzer Septal Occluder ( ASO ). Alat ini juga dimasukan lewat keteter dari vena di lipat paha ( femoralis ).




Penutupan Defek Septum Ventrikel Tanpa Operasi
Defek septum ventrikel ( DSV ), merupakan jenis PJB tidak biru tersering. Kelainan ini ditandai oleh adanya defek/lubang yang terletak pada septum/ sekat ventrikel. Tergantung lokasinya, lubang ada yang terletak di bagian selaput tipis/ membrane dari septum ( DSV tipe perimembran  ), dibagian otot / muscular septum ( DSV tipe muscular ) atau pada septum dekat aorta atau arteri pulmonalis ( DSV tipe doubly commited ).
Untuk penutupan DSV tipe muscular digunakan Amplatzer Muscular VSD occlude ( AMVO ), sedangkan untuk DSV tipe perimembran digunakan Amplatzer Perimembranous VSD occlude ( APMVO ). Alat ini dimasukan lewat kateter dari vena lipat paha ( femoralis ) atau vena di leher ( jugularis interna )
Balon valvuloplasti / angiopati/stent pembuluh darah
Balon pulmonal valvuloplasti ( BPV ) dikerjakan untuk melebarkan katup pulmonal pada stenosis katup pulmonal dan balon aorta valvuloplasti ( BAV ) untuk melebarkan katup aorta pada stenosis katup aorta. Prosedur BAV atau BPV dikerjakan menggunakan balon Tsyhak yang tersedia dengan berbagai ukuran. Pada BPV, balon dimasukan dari vena di lipat pada ( femoralis ) kemudian balon didorong ke atrium kanan, ventrikel kanan, lalu dimanipulasi sehingga balon masuk ke arteri pulmonal. Balon diletakkan tepat di katup pulmonal yang menyempit, untuk selanjutnya balon dikembangkan beberapa kali. Jika pada katup pulmonal tidak ada lubang sama sekali ( atresia pulmonal ), sebelumnya dibuat lubang lubang dengan menggunakan radiofrekuensi perforator. Balonisasi dilakukan secara bertahap. Pada BAV, balon dimasukkan dari arteri di lipat paha kemudian balon didorong dan diletakkan di katuo aorta yang meyempit lalu dikembangkan. Balon juga dapat digunakan untuk melebarkan pembuluh darah yang menyempit ( balon angioplasty ) seperti pada koartaksio aorta atau penyempitan arteri pulmonalis serta cabangnya. Jika penyempitan terjadi kembali setelah balon angioplasty pada tempat tersebut sebaiknya dipasang stent ( seperti cincin )




Penutupan foramen ovale persisten
Foramen ovale persisten ( FOP ) merupakan celah yang terletak pada dinding serambi atau atrium. Celah ini diperlukan hanya saat bayo dalam kandungan, sehingga darah dari placenta sebagian dapat masuk dari serambi kanan ke serambi kiri untuk selanjutnya di pompakan ke seluruh tubuh oleh bilik kiri. Setelah bayi lahir, sebagian besar celah ini akan menutup, tetapi pada sebagian lagi menetap sehingga disebut foramen ovale persisten. Dari laporan 30% orang dewasa mempunyai foramen ovale persisten. Pada laporan terakhir dikatakan bahwa FOP merupakan faktor yang memudahkan seseorang untuk mengalami strok. Oleh karena itu, pada pasien yang pernah mengalami strok untuk mencegah berulangnya strok, FOP sebaiknya ditutup. Alat yang sering digunakan untuk menutup FOP adalah Amplatzer FOP occlude. Alat ini dimasukkan melalui vena di lipat paha.
Penutupan kolateral / pembuluh darah tambahan
Kolateral, merupakan pembuluh darah tambahan yang dibentuk oleh tubuh pada PJB biru dengan aliran darah ke paru berkurang. Kolateral berasal dari pembuluh embrional, pada anak normal pembuluh ini tidak tumbuh. Kolateral menghubungkan aorta langsung dengan paru. Akibat adanya kolateral, aliran darah ke paru meningkat sehingga dapat timbul gagal jantung kiri atau hipertensi pulmonal. Disamping itu, kolateral juga merupakan penyulit saat dilakukan tindakan operasi karna lapangan operasi akan tertutup oleh pendarahan yang banyak. Kolateral dapat ditutup dengan Amplatzer vascular plug.
Ballon atrial septostomy
Ballon atrial septostomy ( BAS ) merupakan tindakan paliatif/ sementara untuk memperbaiki oksigen darah pada transposisi arteri besar ( TAB ). Pada jantung normal, aorta keluar dari bilik kiri, tetapi pada TAB aorta justru keluar dari bilik kanan sehingga darah yang dipompakan ke seluruh tubuh oleh aorta adalah darah dengan oksigen rendah ( darah kotor ). BAS bertujuan untuk merobek dinding atrium sehingga darah  bersih dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan dan bilik kanan, sehingga oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh oleh aorta bertambah. Pada BAS, digunakan balon miller, balon dimasukan melalui vena dilipat paha, selanjutnya didorong ke atrium kanan, lalu lewat foramen ovale di dorong masuk ke atrium kiri. Setelah di atrium kiri, balon dikembangkan dan selanjutnya balon ditarik secara cepat ke atrium kanan sehingga dinding atrium robek.

Pemasangan stent pada duktus arteriosus
Teknik ini dikerjakan pada PJB kompleks yang memerlukan duktus arteriosus sebagai satu – satunya sumber darah ke paru atau ke badan ( sistemik ). Contoh kelainan tersebut adalah atresia pulmonal atau sindrom hipoplasia jantung kiri. Pada atresia pulmonal tidak terbentuk jalan keluar bilik kanan sehingga paru tidak mendapat darah dari bilik kanan. Pada sindrom hipoplasia jantung kiri tidak terbentuk jalan keluar bilik kiri sehingga aorta tidak mendapat darah dari bilik kiri. Pada kedua PJB di atas duktus arteriosus perlu dipertahankan jangka lama dengan memasang stent agar duktus arteriosus tidak menutup. Stent dimasukan dari arteri dilipat paha kemudian stent ditempatkan di duktus arteriosus. Stent terbuat dari stainless steel, diletakkan diatas balon. Stent ini dibuka dengan jalan mengembangkan balon.
Kesimpulan

Dengan berkembangnya terknologi, sebagian penyakit jantung bawaan saat ini sudah dapat ditangani tanpa operasi. Penanganan tanpa operasi memiliki kelebihan dibandingkan dengan operasi antara lain: lama rawat singkat, pasien terbebas dari komplikasi operasi, terbebas dari penggunaan mesin jantung paru dan secara kosmetik lebih baik karena tidak meninggalkan jaringan parut dikulit. PJB yang cukup banyak ditangani tanpa operasi adalah : DAP, DSA, DSV, stenosis pulmonal, stenosis aorta, stenosis mitral, koartaksio aorta, stenosis arteri pulmonalis serta cabangnya, FOP dan kolateral. Disamping itu, ada tindakan paliatif atau sementara seperti BAS atau stent DA. Semua jenis tindakan ini dapat dikerjakan di divisi kardiologi Departemen IKA FKUI-RSCM Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar